

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kalimantan Selatan kembali menunjukkan komitmennya dalam melindungi wilayah pesisir melalui kegiatan mitigasi bencana dan edukasi lingkungan kepada masyarakat pesisir, termasuk pelajar sekolah dasar. Kegiatan ini dilaksanakan di lima kabupaten pesisir, yakni Kotabaru, Tanah Bumbu, Tanah Laut, Kabupaten Banjar, dan Barito Kuala.
Kegiatan ini menggandeng Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat serta melibatkan berbagai elemen masyarakat, seperti kelompok nelayan, komunitas pesisir, dan kini juga menyasar pelajar tingkat sekolah dasar. Program ini mencakup edukasi tentang penanggulangan pascabencana, pentingnya menjaga lingkungan pesisir, pengelolaan sampah, serta pelestarian hutan mangrove.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan, Rusdi Hartono, menyampaikan bahwa wilayah pesisir merupakan kawasan yang sangat rentan terhadap bencana, baik banjir, abrasi, maupun dampak perubahan iklim lainnya. Oleh karena itu, pendekatan kolaboratif dan edukatif menjadi kunci keberhasilan dalam upaya mitigasi ini.
“Wilayah pesisir itu memang rawan terjadi bencana. Maka dari itu, kami tidak hanya fokus pada penanganan setelah bencana, tetapi juga bagaimana masyarakat, termasuk anak-anak, bisa memahami sejak dini apa yang harus dilakukan sebelum dan sesudah bencana terjadi,” ungkap Rusdi Hartono di Banjarbaru, Selasa (21/10/2025).
Selain sosialisasi kepada masyarakat dewasa dan nelayan, DKP juga aktif mengadakan penyadartahuan kepada siswa-siswi SD kelas 4 hingga 6, terutama tentang dampak sampah laut dan pentingnya menjaga hutan mangrove sebagai benteng alami dari abrasi serta sebagai tempat berkembang biaknya biota laut.
“Anak-anak nelayan juga perlu tahu bagaimana menjaga laut, tidak membuang sampah sembarangan, serta mengenal apa itu mangrove dan fungsinya bagi ekosistem. Banyak dari mereka belum tahu kalau mangrove itu bisa mencegah abrasi dan tempat berkembangnya ikan,” lanjut Rusdi.
Salah satu inovasi kegiatan tahun ini adalah edukasi langsung di sekolah-sekolah pesisir, dengan pendekatan interaktif dan praktik sederhana seperti aksi bersih pantai dan penanaman mangrove. Hal ini dilakukan agar generasi muda lebih peduli terhadap lingkungan sekitarnya dan dapat menjadi agen perubahan di masa depan.
Dampak bencana seperti banjir dan cuaca ekstrem diketahui turut mempengaruhi ekonomi masyarakat pesisir, terutama para petambak dan nelayan. Oleh karena itu, program ini juga diharapkan dapat membantu meningkatkan ketangguhan ekonomi masyarakat melalui pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.
“Sekarang ini kami juga mendukung penanaman mangrove di sekitar tambak, supaya para petambak juga merasa terbantu. Ini langkah kecil tapi sangat berdampak untuk jangka panjang,” tutup Rusdi.
Dengan adanya kegiatan ini, Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Selatan berharap dapat membentuk masyarakat pesisir yang lebih tangguh, sadar lingkungan, dan siap menghadapi perubahan iklim maupun bencana yang mungkin terjadi di kemudian hari. MC Kalsel/scw