Menteri Lingkungan Hidup (LH) RI, Hanif Faisol Nurofiq meminta masyarakat Kalimantan Selatan untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar. Hal ini ia sampaikan dalam kunjungannya ke Provinsi Kalimantan Selatan usai Apel Kesiapsiagaan Karhutla Provinsi Kalsel Tahun 2025 yang digelar di Lapangan Lanud Syamsudin Noor, Banjarbaru, Kamis (7/8/2025).
Menteri Hanif menyampaikan bahwa secara umum kondisi Kalimantan Selatan masih cukup aman. Namun ia mengingatkan pentingnya kewaspadaan dini.
“Kami tadi bersama Pak Gubernur, Pak Kapolda, dan jajaran Forkopimda melakukan flyover untuk melihat langsung titik-titik api. Secara umum, tak ditemukan bekas kebakaran yang besar. Tapi ada beberapa titik asap yang berasal dari stokvel-stokvel di sepanjang jalan,” ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa stokvel tersebut kemungkinan mudah terbakar karena bahan dengan kalori rendah. Pemerintah pusat, lanjutnya, akan menindaklanjuti hal ini bersama instansi teknis daerah.
Hanif juga menegaskan bahwa tanah di wilayah Kalsel secara umum masih cukup basah, sehingga kemungkinan besar api tidak muncul secara alami, melainkan karena aktivitas manusia.
“Data kami menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen, bahkan hingga 80 persen kebakaran terjadi di areal penggunaan lain, bukan kawasan hutan. Ini artinya, pembakaran lebih banyak dilakukan di lahan milik masyarakat,” ujarnya.
Terkait hal itu, Presiden Prabowo Subianto telah memberikan instruksi kepada seluruh gubernur agar mencari solusi budidaya pertanian yang tidak melibatkan pembakaran.
“Bapak Presiden meminta agar gubernur mencari solusi budidaya tanpa bakar. Bisa dengan pemberian alat olah tanah, atau bantuan lain. Dan Pak Gubernur Kalsel sudah mulai melaksanakan sebagian besar hal tersebut,” kata Hanif.
Menjawab pertanyaan soal dukungan alat dari pemerintah pusat, Menteri Hanif menyebut langkah preventif lebih diutamakan. Salah satunya, lanjutnya, adalah penggunaan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang telah terbukti efektif di beberapa daerah lain seperti Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, dan Jambi.
“OMC itu mahal, jadi harus dilakukan pada saat yang tepat. Kita akan siapkan jika kondisi makin siaga. Bersama BMKG dan BNPB, kami akan merumuskan langkah-langkah yang efisien,” jelasnya.
Ia mencontohkan, di Kalimantan Barat, sebanyak 600 hotspot berhasil ditekan menjadi nol berkat OMC. Demikian pula di Jambi dan Sumatera Selatan. Sementara di Riau, kendala masih ada karena jenis gambutnya lebih dalam.
“Di Kalsel sendiri, gambut tidak terlalu banyak, hanya sekitar 300 ribu hektare. Tapi jumlah penduduknya lebih padat dibanding daerah lain, jadi tekanannya lebih besar,” imbuhnya.
Sebagai penutup, Menteri Hanif kembali mengingatkan pentingnya sosialisasi kepada masyarakat agar tidak membakar lahan selama musim kemarau ini.
“Kita semua harus bergerak melakukan tindakan preventif. Saat ini masih ada air di berbagai wilayah, jadi potensi dicegah itu masih besar. Kuncinya ada di masyarakat,” pungkasnya. MC Kalsel/Rns
sumber : diskominfomc.kalselprov.go.id