
Direktorat Sejarah dan Permuseuman serta Direktorat Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, bekerja sama dengan Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM), menggelar Diskusi Publik Draf Penulisan Buku Sejarah Indonesia Tahun 2025. Kegiatan ini berlangsung di Lecture Theater Gedung General Building ULM, Banjarmasin, Senin (28/7/2025).
Diskusi publik ini merupakan bagian dari upaya Kementerian Kebudayaan RI untuk menghimpun masukan dari para akademisi, sejarawan, tokoh masyarakat, serta mahasiswa di Kalimantan Selatan terhadap rencana pembaruan isi dan penyusunan buku sejarah Indonesia.
Kegiatan berlangsung secara kondusif dan interaktif, dengan antusiasme tinggi dari peserta yang menyampaikan berbagai aspirasi dan tanggapan kritis terkait materi draf buku sejarah.
Direktur Sejarah dan Permuseuman Kementerian Kebudayaan RI, Prof. Dr. Agus Mulyana, M.Hum, menyampaikan bahwa penekanan utama dalam penulisan buku sejarah kali ini adalah pada narasi kebangsaan.
“Di sepuluh jilid pertama ini, kami menjelaskan garis besar proses terbentuknya negara Indonesia sebagai sebuah bangsa. Semoga masukan dari publik ini dapat memperkaya isi buku sejarah yang sedang kami susun,” ujar Agus.
Ia menegaskan bahwa semua masukan yang disampaikan akan dipertimbangkan dan diakomodasi oleh tim penulis serta editor, selama didukung oleh sumber kredibel dan mencerminkan peristiwa signifikan dalam konteks sejarah nasional.
“Kalau berbicara soal sejarah, kita bicara soal bukti. Jika suatu peristiwa memiliki sumber yang valid dan dinilai penting dalam konteks keindonesiaan, maka tentu akan kami masukkan,” tegasnya.
Editor Umum Penulisan Buku Sejarah Indonesia 2025, Prof. Dr. Susanto Zuhdi, M.Hum, mengungkapkan bahwa proses penyusunan draf buku telah mencapai 90 hingga 95 persen.
“Antusiasme peserta luar biasa. Ini menunjukkan bahwa sejarah memiliki peran penting dalam membentuk identitas bangsa dan menjawab tantangan zaman,” jelas Susanto.
Ia juga menambahkan bahwa sejarah tidak hanya mencatat peristiwa gemilang, tetapi juga harus jujur terhadap sisi kelam masa lalu.
“Sejarah harus kita pelajari secara utuh, baik yang membanggakan maupun yang menyakitkan, karena keduanya membentuk karakter dan kesadaran bangsa,” pungkasnya. MC Kalsel/Jml
sumber : diskominfomc.kalselprov.go.id