


Pelatihan Pengolahan Bambu se-Kalimantan Selatan (Kalsel) resmi ditutup oleh Kepala Dinas Perindustrian Provinsi Kalsel, Abdul Rahim. Kegiatan yang telah berlangsung selama lima hari ini menjadi tonggak penting dalam upaya meningkatkan keterampilan masyarakat dalam mengolah bambu menjadi produk kerajinan yang memiliki nilai jual tinggi.
Dalam sambutannya, Abdul Rahim menyampaikan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk menggali dan mengembangkan potensi alam Kalimantan Selatan, khususnya bambu, menjadi komoditas strategis yang dapat bersaing di pasar lokal, nasional, hingga internasional.
“Pelatihan yang telah kita jalani ini bukanlah akhir, tetapi awal dari perjalanan panjang untuk membangkitkan potensi bambu sebagai produk unggulan daerah. Diharapkan ilmu, keterampilan, dan jejaring yang diperoleh selama pelatihan dapat diterapkan dan dikembangkan di daerah masing-masing,” ujarnya di Banjarmasin, Jumat (18/7/2025).
Kalimantan Selatan dikenal memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk bahan baku bambu yang selama ini belum termanfaatkan secara maksimal. Melalui pelatihan ini, para peserta dibekali dengan teknik pengolahan bambu, inovasi desain kerajinan, serta wawasan pemasaran yang dapat memberikan nilai tambah dan memperluas jangkauan produk kerajinan ke pasar yang lebih luas.
Abdul Rahim juga menekankan pentingnya kualitas hasil kerajinan. Ia mencontohkan bahwa produk yang dihasilkan harus lebih rapi dan menarik, agar mampu bersaing di pasar dan meningkatkan daya jual.
“Sudah bagus, tapi perlu dirapikan lagi. Produk-produk bambu yang memiliki nilai estetika tinggi tentu akan lebih mudah diterima oleh pasar. Kami ingin para peserta tidak hanya berhenti di pelatihan ini, tapi terus meningkatkan kualitas kerajinan dan berbagi ilmu kepada masyarakat sekitar yang belum sempat mengikuti pelatihan,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa Dinas Perindustrian Provinsi Kalimantan Selatan akan terus mendukung pengembangan kerajinan bambu dan sumber daya alam lainnya melalui program pembinaan lanjutan.
“Kami harap hasil pelatihan ini menjadi bekal yang berkelanjutan. Kami akan terus hadir mendampingi agar para pengrajin mampu mandiri secara ekonomi dan turut menggerakkan roda perekonomian daerah,” tutupnya.
Dengan berakhirnya pelatihan ini, diharapkan para peserta dapat menjadi agen perubahan di daerah masing-masing, serta memajukan industri kreatif berbasis bambu yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Sementara itu Gede Suparti selaku instruktur dari Yogyakarta memberikan apresiasi terhadap kemampuan dasar peserta pelatihan di Kalimantan Selatan yang dinilainya sudah cukup baik. Menurutnya, sebagian besar peserta telah memiliki pengalaman dasar dalam menganyam, meskipun sebelumnya lebih familiar dengan bahan seperti rotan dan enceng gondok.
“Karena basic-nya mereka sudah bisa nganyam, jadi hasil selama tiga hari praktek cukup lumayan,” ujarnya. Meski demikian, ia menekankan pentingnya peningkatan terutama pada proses treatment bambu. “Bambu itu kalau kena hujan bisa jamuran, jadi perlu perlakuan khusus agar lebih tahan lama,” tambahnya.
Gede juga berharap potensi kerajinan bambu di Kalimantan Selatan bisa terus dikembangkan, mengingat saat ini baru sedikit daerah yang mulai dikenal secara nasional.
“Yang mulai muncul itu baru di Loksado, Hulu Sungai Selatan, itupun masih kami dampingi terus setiap ada pelatihan bambu,” jelasnya.
Ketika ditanya soal potensi pasar internasional, Gede optimis, namun mengingatkan pentingnya inovasi. “Model kerajinan itu selalu berganti. Jadi pelaku usaha harus kreatif dan mengikuti tren pasar,” pungkasnya. MC Kalsel/scw
sumber : diskominfomc.kalselprov.go.id