
Klub Peseban Banjarmasin mencatat sejarah dalam pembentukan skuad U-17 untuk menghadapi Piala Soeratin 2025. Sebanyak 120 pemain dari berbagai penjuru daerah mengikuti proses seleksi di Lapangan Kayutangi, Banjarmasin, Minggu (13/6/2025) pagi.
Proses seleksi diperkirakan akan berlangsung selama sepekan kedepan. Jumlah ini disebut sebagai yang tertinggi sepanjang sejarah pembinaan tim muda Peseban.
Pelatih kepala Peseban U-17, Bambang Hermawan menyebut seleksi dilakukan secara bertahap untuk menyaring 36 pemain terbaik menuju tahap kedua, sebelum difinalisasi menjadi 22 nama yang akan membela tim. “Biasanya maksimal 90 atau 100 peserta. Tahun ini mencapai 120 orang. Ini luar biasa dan jadi tantangan tersendiri dalam proses seleksi,” ujarnya
Namun di balik euforia rekor peserta seleksi, muncul perhatian serius terkait minimnya kepatuhan terhadap regulasi perpindahan pemain. Banyak pemain yang datang dari klub lain atau daerah berbeda tanpa mengurus surat izin atau administrasi mutasi, padahal hal tersebut merupakan syarat mutlak dalam kompetisi resmi seperti Piala Soeratin.
Bambang pun menambahkan bahwa tim pelatih juga bersikap tegas soal legalitas pemain. “Kami tidak mau ambil risiko. Kalau ada pemain yang belum lengkap secara administrasi, ya tidak akan kami pilih meski secara kemampuan bagus. Ini demi menjaga nama baik Peseban dan sepak bola Banjarmasin,” katanya.
Saat ini, Peseban telah mengantongi 36 nama awal, termasuk lima pemain dari tim Popda Banjarmasin dan tiga dari skuad Soeratin U-17 tahun lalu. Sisanya akan ditentukan dari seleksi tahap final pada akhir pekan mendatang.
Ajang Piala Soeratin U-17 tingkat provinsi dijadwalkan berlangsung pada Agustus 2025. Tim yang keluar sebagai juara akan mewakili Kalimantan Selatan ke tingkat nasional.
Sementara itu, Ketua Umum Peseban Banjarmasin, H Hermansyah, secara tegas menyoroti fenomena ini. Menurutnya, masih banyak pemain maupun klub yang apatis terhadap aturan PSSI, padahal setiap pergerakan pemain harus dibarengi proses administratif resmi.
“Kami tidak melarang pemain pindah ke klub atau daerah lain. Tapi jangan abaikan aturan. Semua harus dilakukan dengan tertib: ada surat pindah, izin, dan dokumen sah lainnya. Jangan sampai pemain dicoret atau tim didiskualifikasi hanya karena masalah administrasi yang sebenarnya bisa dicegah,” tegas Hermansyah.
Ia juga mengingatkan bahwa kasus serupa pernah terjadi, dan menjadi pelajaran penting bagi semua pihak. “Jangan sampai terulang kejadian tahun sebelumnya, ada pemain yang dimainkan tanpa status sah. Akhirnya tim dirugikan. Ini tanggung jawab bersama,” tambahnya.
“Kami ingin tim ini benar-benar siap, tidak hanya secara teknis tapi juga administratif. Jangan ada pemain ilegal. Jangan ada klub yang menganggap enteng proses ini. Kita bicara masa depan pemain dan reputasi sepak bola daerah,” tutup Hermansyah. MC Kalsel/tgh
sumber : diskominfomc.kalselprov.go.id